Naura AK

Naura AK

Jumat, 25 Maret 2011

Kampung halaman

Rumah tempat aku lahir

Kampung halaman adalah bingkai kenangan dan harapan yang tak pernah usang. Selalu kuat menahan erat gambar rangkaian perjalanan kehidupan. Saat jauh pun hati kan kembali ke sana. Seolah telah terpikat dan tak  bisa melompat memudar hasrat.
Eyang putri
Diantara kota-kota yang telah menjadi saksi perjalanan kisah, kampung halaman kan tetap ramah untuk menumpahkan kerinduan dengan indah. Meski hanya sesekali saja ditengok, tapi kampung halaman tak kan merengek. Dia tetap menanti kita kembali, tuk diinjak meski hanya berpuluh hentakkan kaki.
Pamanku lagi panen padi
Waktu aku pulang kampung (2010)
Maka alangkah bijak jika buah kesuksesan tak hanya dinikmati dan dihabiskan di kota yang penuh hingar bahakan kecongkakkan mesin, biar ada yang terpatri di desa nan asri. Bisa kau investasikan dalam bentuk cat mushola yang keuntungannya kan tetap kau dapat hingga akhirat. Atau kau ulurkan beberapa lembar kertas pada tangan-tangan mungil anak yatim yang berharap dapat jauh lebih hebat.
Jadi sesekali berlarilah tanpa alas kaki di panjang membentang pematang sawah. Tersenyumlah pada awan biru yang terhiasi kepakan sayap merpati, nuri dan sejenisnya. Bukankah kedamaian ada di sini, dihati yang berbisik mesra pada hembusan angin, “Tuhan betapa indah dunia-Mu.” Lalu rasa lelah pun dibasuh, dengan air jernih yang masih tersisa. Di  sana, di kampung halaman.